Breaking News

Tepung Mocaf: Produsen Tepung Singkong Kaltim Kewalahan

Produsen tepung singkong atau modified cassava flour (mocaf) Kaltim menyatakan kewalahan memenuhi permintaan konsumen.
Saat ini, kapasitas produksi mocaf baru memenuhi 1% dari permintaan yang ada.
Bendahara Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Kaltim Fakhrurozi mengatakan permintaan mocaf dalam sebulan mencapai 1.000 ton. Namun, saat ini kapasitas produksi pabrik mocaf yang ada hanya bisa memenuhi 100 ton saja.
“Konsumen mocaf adalah industri makanan di Jawa, permintaan mereka dalam sebulan mencapai 1.000 ton, tetapi kami hanya bisa produksi 100 ton saja,” katanya kepada Bisnis, Jumat (13/3/2015).
Fakhrurozi mengungkapkan singkong yang digunakan untuk membuat mocaf adalah jenis singkong gajah.
Saat ini, kebun singkong gajah yang ada di wilayah Kaltim mencapai 1.000 ha lebih.
Namun sayangnya, industri mocaf yang ada tidak mampu menampung produksi singkong dari kebun tersebut.
Dia menyebutkan rata-rata produksi singkong per hektarenya sekitar 80 ton hingga 100 ton.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pelaku usaha yang ada di Kaltim agar berinvestasi membangun pabrik mocaf guna menyerap produksi singkong yang melimpah tersebut.
Selain itu, tambahnya, pihaknya juga mengusulkan kepada pemerintah daerah agar memberikan pelatihan dan modal usaha kepada petani untuk membangun pabrik mocaf skala rumah tangga.
Menurutnya petani sangat diuntungkan jika menjual produknya dalam bentuk mocaf. Selama ini harga jual singkong dipatok sebesar Rp600 per kilogram (kg), namun bila dijual dalam bentuk mocaf maka dihargai Rp2.800 per kg.
"Pembangunan pabrik mocaf skala rumah tangga sangat mungkin dilakukan asal ada kebun singkong gajah minimal 50 ha," sebutnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kaltim Diddy Rusdiansyah mengemukakan investasi di Kaltim masih didominasi sektor pertambangan batu bara dan migas.
Berikutnya, jelas dia, sektor yang menarik adalah perkebunan kelapa sawit dan karet.
Khusus sektor kelapa sawit, dia optimistis sektor ini bakal menjadi andalan Kaltim di masa-masa mendatang.
Sedangkan investasi di sektor pertanian pangan tidak terlalu signifikan.
Menurutnya, sektor pangan dinilai kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan sektor pertambangan, migas dan perkebunan.
“Investasi Kaltim masih didominasi tambang, migas dan kelapa sawit, sementara sektor tanaman pangan belum dilirik pelaku usaha,” sebutnya.

Tidak ada komentar