Breaking News

Lezatnya Budidaya Varietas Unggul Singkong Gajah dan Manggu

Siapa bilang menanam komoditi murah tidak membawa untuk besar? Buktinya, tanaman singkong dengan pemeliharaan yang mudah, tahan hama, kaya manfaat bahkan bisa hidup tanpa dirawat sekalipun serta banyak permintaan, tetap membuat budidaya singkong menjanjikan. Apalagi dengan hadirnya varian singkong unggul seperti Singkong gajah dan Singkong Manggu. Nah, sejauh mana prospek dan potensi Singkong Gajah dan Singkong Manggu yang kini menjadi tren?
Singkong atau ketela pohon memang bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini awalnya dikenal di Brazil dan Paraguai, Amerika Selatan, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-16 melalui orang Portugis. Kini sudah dikenal berbagai macam singkong yang berbeda beda di setiap daerah. Namun kini ada beberapa jenis singkong yang karena keunggulannya banyak dicari masyarakat secara luat di Indonesia alias trend, yakni singkong manggu dan singkong gajah.
Singkong manggu merupakan singkong asal Jawa Barat yang mudah dikenal lama sejak dulu, sedangkan singkong gajah berasal dari Kalimantan baru saja ditemukan pada tahun 2006 dan mulai dikembangkan tahun 2008. Keduanya sangat berbeda jauh, baik dari ukuran dan hasil panen per hektar. Singkong Manggu berukuran kecil dengan hasil panen 75 sampai 100 ton/hektar dan berdiameter batang 4-5cm sedangkan singkong gajah memiliki umbi yang sangat besar dengan diameter batang sampai 8cm (bisa sampai ukuran paha manusia dewasa) dengan hasil panen 150-200 ton/hektar. Kedua jenis singkong tersebut merupakan jenis singkong konsumsi karena memiliki rasa yang enak serta bisa dioleh menjadi aneka makanan. Sebut saja, brownies singkong, kripik singkong, getuk, gaplek, opak, tapi, singkong goreng, dan olahan terbaru saat ini kerupuk dari kulit singkong dan mocaf.
Manggfu berasa manis dan singkong gajah berasa gurih seperti mengandung mentega. Dua jenis singkong ini tidak mengandung rajun dan mudah dikupas, dagingnya empuk dan renyah, kadar pati tinggi, sehingga sering digunakan untuk bahan industri yakni untuk bahan baku tepung, mocaf dan bahan baku bionatol.
Prospek
Menurut F. Rahardi, pengamat agribisnis, usaha budidaya singkong dan pembibitannya akan terus berprospek baik, Budidaya singkong akan terus menguntungkan sampai kapanpun. Sebab, kebutuhan singkong nasional maupun dunia akan terus naik. Anas D. Susila, kepala Univetsity farm menambahkan bahwa budidaya singkong merupakan salah satu usaha yang tahan kritis. Singkong juga bisa ditanam pada lahan kritis, serta tidak perlu banyak pupuk ataupun perawatan. Peta persaingan kedua jenis usaha ini tidak terlalu ketat. Saat ini pelaku budidaya singkong gajah masih sedikit ketimbang singkong Manggu yang lebih dulu dikenal. Namun mengingat kebutuhannya yang terus meningkat dan selelu terserap pasar, membuat pelaku tak perlu bersaing untuk memasarkan hasil panen. Tanaman singkong gajah dan manggu dapat hidup di segala jenis tanah. Asalkan bertekstur dan kaya bahan organik dan ketinggian daerah 10-700mdpl. Adapun sentra penanaman singkong tersebar di pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur), Lampung dan Kalimantan.
Jenis Unggul
Varietas Unggul adalah varietas/klon yang memiliki potensi hasil tinggi, seragam, dan jenis asal usulnya. Kunci keberhasilan budidaya tanaman jenis unggul adalah bibit yang baik. Bibit singkong gajah dan manggu sering di dapat dengan cara stek. Berdasarkan data dari Balitkabi, stek umbi umbian yang baik panjangnya untuk ditanam (sekitar 25cm), diameter stek tidak terlalu besar atau terlalu kecil dan umur tanaman yang siap diambil steknya adalah 2-3 bulan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan penurunan hasil jika menggunakan turunan singkong terus menerus (F2, F3,….dan turunan seterusnya). Pembudidaya memperbanyak bibit dengan cara stek dan memanfaatkan pohon singkong yang berumur 8 bulan. Tak hanya bibit, kunci penjualan tanaman singkong adalah dekat dengan pasar, dekat dengan industri rumah tangga, pengolahan makanan, pasar rakyat atau pabrik pengolahan tepung. Umur panen yang singkat dan rasa yang enak sampai saat ini masih terus digunakan masyarakat sebagai patokan nilai ekonomis. Singkong gajah sudah bisa dipanen sejak umur 6 bulan dengan rata-rata 20kg umbi/batang, sedangkan singkong manggu bisa dipanen sejak umur 7 bulan dengan hasil rata-rata 5-8kg umbi/ batang. Bahkan dari pengalaman Ariyanto pembudidaya singkong gajah dari satu batang pohon bisa dipanen umbi singkong sebanyak 80 kg. Hasil panen singkong gajah bisa mencapai 100 ton/ha, sedangkan singkong biasa 40 ton/ha.
Pemasaran
Ada baiknya para pelaku usaha, selain mempromosikan singkongnya dengan menonjolkan umur panen dan bobot umbi segar, juga menyertakan data kandungan pati (karbohidrat) dalam tiap singkong segar. Karena dengan adanya nilai tambahan tersebut, pelaku dapat menentukan patokan harga jual dan meningkatkan harga jual singkong ke para pedagang. Saat ini, harga jual singkong gajah dari kebun Rp1000-Rp1.200. Bibit singkong gajah hanya Rp500 untuk bibit setinggi 20cm. Dan bibit singkong Manggu Rp800 untuk setinggi 130cm. Rantai pemasaran singkong dari kebun ke supplier kemudian ke kunsumen dengan harga jual Rp1500,- Rp2.500,- per kg untuk singkong gajah, dan singkong manggu Rp1.600/Kg.


Cara pengiriman baik bibit atau umbi juga sangat mudah, cukup dimasukkan ke dalam karung plastik karena umbi singkong juga tidak mudah rusak seperti komoditas pertanian lainnya. Bibit juga cukup diikat kemudian dipotong, baru dimasukkan ke dalam kardus besar, atau karung plastik, bahkan bisa juga tanpa kemasan.



Tidak ada komentar